Selepas menjalani rutinitas masing-masing saya dan teman-teman berkumpul di coffee shop langganan, yang terletak di pusat kota banda aceh. Seperti biasanya kami bercengkrama untuk mengilangkan kepenatan setelah seharian bekerja. Salah seorang teman sambil bercanda mengungkapkan "Besok libur, kemana kita" sebuah pertanyaan pamungkas bagi saya. Sontak seorang teman lainnya merespon dan mengajak ke Puncak Kuta Malaka. Singkat cerita saya dan teman-teman pun mengiyakan dan memutuskan untuk berangkat esok harinya.
Keesokan harinya kamipun berkumpul dititik pertemuan yang telah disepakati. Sekitar pukul 2 siang, setelah semuanya berkumpul kamipun berangkat menuju samahani, mengendarai motor kurang lebih 30 menit kami sampai di desa samahani, disana kami membeli persediaan makanan untuk bermalam di puncak. Setelah mengurus ijin beres, kami langsung tancap gas agar tak kemalaman di jalur nantinya, 10 menit berkendara kami pun melewati rumah terakhir warga dan setelahnya jalur bebatuan yang menanjak adalah teman kami.
Setelah naik turun dari motor beberapa kali dan mendorong motor yang tak kuat menanjak kamipun sampai di kawasan wisata air terjun kuta malaka. Ya, itu artinya kami sudah ada di kaki Puncak Kuta Malaka. Setelah memastikan motor kami terparkir dengan aman dan rapi, saya dan teman-teman langsung melanjutkan trakking menuju puncak bukit kuta malaka.
Setelah trakking kurang lebih 20 menit, kamipun sampai di puncak kuta malaka. Saya dan beberapa teman mulai mempersiapkan tenda untuk bermalam dan beberapa teman lainnya mengeluarkan alat masak dan mempersiapkan santapan malam kami.
Berhubung baterai camera saya yang tinggal sedikit dan powerbank saya juga sama, jadi kamera saya simpan untuk esok hari. Mengingat salah seorang teman yang mengajak kemari berkata kalau matahari terbit disini sangat indah, jangan sampai kelewatan. Singkat cerita selepas santap malam dan ngobrol santai malam itu kami sudahi lebih cepat agar esok pagi kami dapat bangun diwaktu yang tepat.
Benar saja, bangun keesokan harinya kami semua dibuat menganga. Matahari yang muncul dari sela-sela perbukitan dengan sinar jingga yang begitu terang sangatlah indah. Berlahan kabut-kabut yang menyelimuti pedesaan dibawah kami pun ikut meghilang dengan langit biru yang berlahan berwarna jingga. Lihatlah bagaimana indahnya pemandangan disekitar.
Matahari pun semakin meninggi dan kamipun semakin tersengat panasnya mentari, tandanya kami harus bergegas turun sebelum matahari semakin panas. Selesai packing dan membersihkan area tenda, kami pun langsung turun menuju parkiran motor dan jangan lupakan segarnya air terjun yang telah menunggu kami sedari tadi di bawah.
Namun disayangkan, kurangnya kesadaran pengunjung tentang bahaya sampah dan juga kurangnya fasilitas penunjang terus saja menjadi biang keladi dari kotornya tempat-tempat wisata khususnya wisata alam terbuka. Sudah selayaknya kita untuk menyadari bahwa menjaga kebersihan tempat-tempat yang kita kunjungi adalah satu kewajiban agar ia terus lestari dan indah. Salam lestari.
Posting Komentar